Connect With Us

Ayo Kenali Kondisi Tulang Keropos atau Osteoporosis

osteoporosis

Osteoporosis diartikan sebagai suatu penyakit tulang yang ditandai dengan penurunan kepadatan dan kekuatan tulang, sehingga menyebabkan kerusakan struktur tulang yang terjadi secara terus menerus. Kondisi ini membuat tulang menjadi semakin rapuh yang dapat meningkatkan resiko kejadian patah tulang.

Kondisi Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang (fraktur) meskipun dengan mekanisme trauma yang sederhana misalkan hanya dengan jatuh terpeleset atau bahkan saat beraktivitas sehari-hari. Tulang yang beresiko mengalami patah adalah bagian tulang belakang, panggul, pergelangan tangan, ataupun bahu.

Secara umum, 50% perempuan dan 20% laki-laki kelompok usia dewasa-tua, berisiko mengalami fraktur dikarenakan kekeroposan tulang.

2. Mengapa Osteoporosis Bisa Terjadi?

1. Usia Tua

Seiring dengan bertambahnya usia, kepadatan tulang seseorang akan semakin menurun. Kepadatan tulang akan berada di puncak pada usia sekitar 30-40 tahun, kemudian setelahnya akan menurun kepadatan tulang tersebut hingga kondisi keropos yang banyak ditemukan pada usia 50-70 tahun.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami Osteoporosis daripada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh faktor hormon Estrogen yang dimiliki perempuan dimana fungsinya sangat penting untuk kepadatan tulang. Pada saat perempuan berhenti Menstruasi (Menopause), kada hormon estrogen menurun drastis sehingga kualitas kepadatan tulang perempuan juga akan menurun. Selain itu kondisi ini dipengaruhi genetik juga

3. Gaya Hidup dan Aktivitas

Gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan kualitas kepadatan tulang seseorang. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik atau olahraga juga dapat membuat rapuh tulang karena olahraga mampu menstimulasi tulang untuk menjaga dan meningkatkan kepadatan dan kekuatannya tulang, termasuk saat. Konsumsi makanan/minuman rendah kalsium, vit D, magnesium, kurangnya paparan sinar matahari, juga mampu membuat kondisi osteoporosis.

4. Memiliki penyakit dan konsumsi obat-obatan tertentu

Seseorang yang memiliki penyakit seperti Diabetes, liver, penyakit pada sistem pencernaan, Tumor/Kanker, dan penyakit rematik, atau konsumsi obat-obatan (steroid, PPI, dll), memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengidap kondisi Osteoporosis. Hal ini diakibatkan karena penyakit/obat tersebut dapat mengganggu metabolisme tulang secara umum.

3. Gejala Penyakit Osteoporosis dan Bahayanya

Penyakit osteoporosis disebut juga sebagai Silent Disease”. Hal ini dikarenakan penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada fase awal dan hanya menunjukan gejala saat tingkat penyakit sudah kronis dan sudah parah. Banyak pasien yang tidak merasa terkena penyakit tersebut dan tidak berkonsultasi atau berobat ke dokter orthopedi dan pasien baru akan ke dokter orthopedi setelah mengalami gejala pada fase penyakit sudah lebih parah

Beberapa gejala yang bisa diketahui dari keluhan pasien antara lain adalah tubuh yang memendek, postur bungkuk, nyeri pinggang dan nyeri bagian tulang lainnya. Selain itu, osteoporosis juga menjadi temuan saat pasien sudah mengalami patah tulang.

Hal ini dapat menyebabkan masalah yang lebih kompleks dikarenakan hilangnya kemandirian dari pasien setelah mengalami patah tulang karena kerapuhan tulang. Pasien menjadi ketergantungan dengan bantuan orang lain/keluarga, dan tidak bisa mobilisasi atau aktivitas fisik mandiri. Diketahui pula bahwa patah tulang karena osteoporosis, terutama pada pinggul, juga meningkatkan risiko kematian pada pasien sebanyak kurang lebih 20% dalam 1 tahun pertama paska patah tulang dikarenakan banyaknya komplikasi yang muncul pada pasien tersebut.

4. Apa yang harus dilakukan ?

Mencegah lebih baik daripada Mengobati. Ya, hal ini juga berlaku pada Osteoporosis. Dengan konsumsi makanan yang baik, olahraga teratur dapat memperlambat atau mencegah proses pengeroposan tulang. Selain itu, seseorang jika bisa melakukan screening osteoporosis dengan pemeriksaan Peripheral DXA

dxa-rsop

Namun, jika seseorang sudah memiliki faktor resiko terjadinya Osteoporosis, Deteksi Dini sangatlah penting untuk mencegah terjadinya patah tulang yang berlanjut dengan komplikasi-komplikasinya. Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, seseorang dapat dilakukan pemeriksaan kualitas kepadatan tulangnya atau BMD (Bone Mass Density) dengan menggunakan alat Central DXA (dual-energy X-ray absorptiometry). Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat dilihat apakah pasien dalam kondisi normal, penurunan kepadatan (Osteopenia) atau Keropos (Osteoporosis).

Analysis FRAX (Fracture Risk Assessment Tool) juga selanjutnya dapat dilakukan untuk mengetahui resiko kejadian patah tulang pada pasien, sehingga diharapkan pasien lebih sadar dengan kondisi tulangnya dan lebih berhati-hati dan menyesuaikan aktivitasnya

5. Apakah kondisi Osteoporosis dapat diobati ?

YA, kondisi Osteoporosis dapat ditangani dengan beberapa metode yaitu tanpa obat (non-farmakologi) dan pada kondisi tertentu, membutuhkan obat (farmakologi). Terapi tanpa obat yang disarankan antara lain:

  1. Mengkonsumsi cukup kalsium (minimal 700mg/hari) dan Vitamin D minimal 400IU sehari
  2. Melakukan Latihan penguatan otot dan Latihan fisik dengan beban
  3. Berhenti merokok
  4. Berhenti konsumsi alcohol
  5. Melakukan asesmen kemungkinan jatuh pada pasien (Fall Risk)

Untuk lebih lengkapnya mengenai Osteoporosis baca artikel berikut

Gaya hidup menjadi hal yang paling esensial dalam manajemen penyakit osteoporosis, salah satunya pola makan. Pola makan yang dianjurkan adalah pola makan sehat dengan diet tinggi kalsium, vit D, Mg, dan vitamin seperti konsumsi buah, sayur, produk dan olahan susu (susu, keju, yogurt), ikan, dan unggas. Asupan sinar matahari cukup mempu memberikan tambahan vitamin D. Olahraga yang perlu dilakukan sebagai penanganan ataupun pencegahan pasien osteoporosis adalah olahraga penguatan otot dan latihan beban.

Bagaimana dengan obat untuk osteoporosis? Manajemen dengan menggunakan obat-obatan diperuntukan bagi pasien yang sudah masuk dalam kategori risiko tinggi ataupun pasien yang sudah mengalami patah tulang akibat kekeroposan. Beberapa obat yang umum dipakai pada pasien adalah dua golongan obat yaitu, anti-resorptive (bifosfonat, calcitriol, denosumab, HRT, Raloxifene) dan anabolik (Romosozumab, Teriparatide)

Namun, jika pasien sudah dalam kondisi patah tulang, tentu yang dilakukan adalah mengatasi patah tulang tersebut juga seperti dilakukan operasi pemasangan pen/implant atau penggantian sendi yang dikombinasikan dengan obat diatas, sehingga pasien bisa beraktifitas kembali dan terhindar dari komplikasinya

6. Mengapa RSOP?

RSOP sebagai Salah satu Rumah Sakit Orthopaedi di Indonesia, Memiliki Program Osteoporosis Center dengan layanan kasus osteoporosis yang lengkap dan komprehensif. RSOP didukung dengan dokter-dokter spesialis, alat pemeriksaan penunjang Central dan Peripheral DXA, Analysis FRAX serta dapat memberikan terapi farmakologi dan operatif yang tepat untuk kasus Osteoporosis

Reference :

  • Porter JL, Varacallo M. Osteoporosis. [Updated 2023 Aug 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441901/
  • Gregson, C.L., Armstrong, D.J., Bowden, J. et al. UK clinical guideline for the prevention and treatment of osteoporosis. Arch Osteoporos 17, 58 (2022). https://doi.org/10.1007/s11657-022-01061-5
  • Harvey NC, McCloskey E, Kanis JA, Compston J, Cooper C (2018) Cost-effective but clinically inappropriate: new NICE intervention thresholds in osteoporosis (Technology Appraisal 464). Osteoporos Int 29:1511–1513

Leave a Comment